Borobudur | |
Arca Buddha dan stupa Borobudur | |
| |
Informasi Bangunan | |
---|---|
Lokasi | dekat Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 7°36′29″S 110°12′14″E / 7.608°LS 110.204°BTKoordinat: 7°36′29″S 110°12′14″E / 7.608°LS 110.204°BT |
Arsitek | Gunadharma |
Klien | Syailendra |
Awal Konstruksi | sekitar 770 Masehi |
Penyelesaian | sekitar 825 Masehi |
Sistem struktural | piramida berundak dari susunan blok batu andesit yang saling mengunci |
Jenis | stupa and candi |
Ukuran | luas dasar 123×123 meter, tinggi kini 35 meter, tinggi asli 42 meter (termasuk chattra) |
Candi Borobudur* | |
---|---|
Situs Warisan Dunia UNESCO | |
| |
Negara Peserta | Indonesia |
Tipe | Budaya |
Kriteria | i, ii, vi |
Referensi | 592 |
Wilayah† | Asia Pasifik |
Sejarah prasasti | |
Prasasti resmi | 1991 (sesi ke-15) |
* Nama resmi dalam Daftar Warisan Dunia. † Menurut klasifikasi resmi UNESCO. |
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[3] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[4]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar